Day 20 — Kenapa influencer menjadi penting di era digital?

Influencer adalah kunci pemasaran dari mulut ke mulut atau word of mouth marketing, influencer akan membawa cerita tentang suatu brand atau produk dari satu orang ke orang lainnya. Influencer belum tentu merupakan orang yang paling makmur atau pun berpendidikan terbaik. Seperti yang sering diasumsikan oleh banyak orang, mereka bukanlah “early adopter” yang begitu dipuja dalam budaya saat ini yang terobsesi dengan teknologi.

Influencer adalah orang-orang yang paling terlibat dalam komunitas mereka, bagaimanapun komunitas itu didefinisikan. Mereka adalah orang-orang yang terus-menerus berbagi pemikiran tentang suatu tren, artikel, atau produk terbaru yang mereka ketahui akan menarik minat orang yang diajak bicara. Mereka adalah orang-orang yang sepertinya selalu tahu tentang tren sebelum orang lain melakukannya.

Bagi influencer, berbagi cerita adalah ungkapan cinta. Berbagi cerita merupakan cara mereka membangun dan memperdalam hubungan dengan orang-orang. Mereka tidak bisa begitu saja berjalan-jalan sepanjang hari sambil berkata, “Saya ingin memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Anda.” Sebaliknya, mereka berbagi cerita untuk membangun ikatan dengan orang-orang di sekitar mereka. Influencer telah mengatur hidup mereka untuk mengumpulkan informasi tentang hal-hal yang mereka sukai. Mereka tahu apa yang mereka minati, dan mereka pasti akan mencari tahu tentang hal tersebut terlebih dahulu. Mereka selalu ingin memberi tau orang-orang di sekitar mereka informasi-informasi baru.

Seorang influencer tahu jika dia memiliki informasi terlebih dahulu, orang lain tidak hanya akan mendengarkan apa yang dia katakan tetapi orang lain juga akan kembali kepadanya untuk percakapan lainnya sehingga terbangun suatu keterikatan antar influncer dengan orang yang mendengarkannya. Influencer juga tahu bahwa jika dia telah mencoba sesuatu lebih banyak daripada yang orang lain lakukan, maka orang lain akan menganggapnya sebagai seorang ahli, dan mereka akan meminta saran dari influencer tersebut jika mereka memiliki pertanyaan tentang topik yang dikuasai oleh influencer tersebut.

Setiap hari orang kehilangan kepercayaan pada media massa, khususnya pada pesan-pesan pemasaran. Menurut studi yang dilakukan oleh ilmuwan sosial dan peneliti pemasaran Daniel Yankelovich pada tahun 2010, 75 persen orang Amerika tidak percaya bahwa perusahaan atau brand berkata jujur pada iklan yang mereka buat. Satu atau dua dekade yang lalu, konsumen percaya dengan apa yang dikatakan brand tentang produk mereka. Sedangkan pada hari ini konsumen lebih memercayai kerabat atau teman mereka, bahkan orang asing yang tidak mereka kenal dekat untuk memberikan saran barang atau produk apa yang akan mereka konsumsi.

Hal tersebut terbukti pada sebuah studi yang dilakukan oleh McKinsey & Company pada tahun 2010, hingga 50 persen dari semua keputusan pembelian didasarkan terutama pada rekomendasi teman. Sedangkan menurut Nielsen, 92 persen konsumen mempercayai rekomendasi dari orang yang mereka kenal, dan 70 persen mempercayai rekomendasi online dari orang asing yang tidak mereka kenal secara dekat. Sehingga temuan-temuan ini mendukung untuk suatu brand menggunakan influencer sebagai salah satu alat pemasaran mereka.

Source : Wright,T. 2015. Fizz Harness The Power of Word of Mouth Marketing to Drive Brand Growth. McGraw-Hill. New York.

--

--